by hilmi qosim mubah
Adalah suatu fitrah yang diberikan oleh Allah kepada manusia jika ia selalu ingin dekat dengan orang yang dikasihinya, dekat di sini bukan hanya dekat dalam jarak, melainkan lebih jauh dari itu, dekat merupakan suatu ikatan hati yang sangat erat antara kekasih dengan orang yang dikasihinya. Begitu juga adanya dengan seorang hamba, di satu sisi ia pasti ingin sekali dekat dengan Tuhan yang telah mengasihinya.
Suatu bentuk pendekatan seorang hamba yang mukmin kepada Tuhannya adalah bersedianya seorang hamba untuk melaksanakan rukun Iman yang kelima yakni Haji, betapapun sulit serta terjalnya jalan yang dilalui untuk melaksanakannya, baik kesulitan itu berupa perjalanan yang jauh dan mahalnya ongkos untuk pergi, tidaklah akan menghalangi niat seorang hamba untuk dapat menikmati kedekatannya kepada sang Maha Kekasih.
Orang yang melaksanakan Haji merupakan orang-orang yang terpilih dan benar-benar dipanggil oleh Allah untuk menjadi tamu di Rumah Allah yakni Ka’bah Al Musyarrafah.
Tidaklah seorang yang berhaji, merupakan suatu anugerah dan nikmat yang sangat agung dari Yang Maha Agung, serta berniat untuk sungguh-sungguh dalam menjalankannya, bukan untuk bertamasya dan berlibur. Jika ia berniat untuk itu, maka ia akan hanya mendapatkan apa yang ia rencanakan di dunia saja. Dan ia tidak akan mendapatkan Ibroh dari setiap perjalanan yang ia lakukan.
Kita tahu bahwa Nabi Muhammad SAW telah bersabda “ Tidak ada balasan yang setimpal bagi haji mabrur kecuali surga “, apakah kita tidak menginginkan yang demikian? dari pada kita hanya mendapatkan gelar yang sama sekali tidak bermanfaat bagi kita, yaitu Pak Haji.
Patut dipertanyakan perjalanan kita untuk melaksanakan haji, dapatakah kita mengambil suatu pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan itu.
Banyak diantara saudara kita yang telah melaksanakan rukun iman yang kelima itu, namun mereka tetap saja STMJ ( Sholat Terus, Maksiat Jalan), sehingga hidupnya selalu saja dalam kesyubhatan, dan bahkan dalam keharaman. Sehingga banyak tampak disekitar kita agamawan yang terlihat khusyuk dalam beribadah, namun banyak yang terjerumus dalam jurang kemaksiatan seperti judi dan zina na’udhubillaah min dhalik.
Selain itu kita harus menyeimbangkan antara diri kita dengan lingkungan, jangan kita biarkan saudara-saudara kita yang masih hidup dalam kesuraman hidup karena maksiat, entaskan mereka dari segala perbuatan maksiat dengan mengajak mereka meniti jalan Ilahi yang suci dan lurus, yakni dengan al amru bi al ma’ruf wa al nahyu ‘an al m,unkar.
Untuk itu, wahai saudaraku kaum muslimin, niatkan apa yang kita laksanakan hanya untuk Allah semata, sehingga apa yang kita laksanakan dapat menjadi upaya kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Sidoarjo, 13 desember 2007.
Kamis, 13 Desember 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar